BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut. Salah satu masalah masyarakat  yang perlu mendapat perhatian adalah masalah kejadian Thypoid (Typus) di masyarakat.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan salmonella typhosa dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Rampengan , 2008).
Penyakit Demam tifoid seringkali menjadi sebab seseorang harus menjalani rawat inap.Demam typoid atau typhoid fever yang biasa disebut dengan typus atau types oleh orang awam, merupakan penyakit yang disebabkan oleh Salmonella Thyphi (S Thyphi). Bakteri salmonella Thyphi menyerang bagian saluran pencernaan. sistem dan kebjakan kesehatan menyatakan demam typoid disebabkan oleh pencemaran air minum dan sanitasi yang buruk.
Menurut data world health organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid diseluruh dunia dengan kejadian 600.000 kasus kematian tiap tahun (Anonim 2008). Angka kejadian demam tifoid diketahui lebih tinggi pada Negara berkembang khususnya didaerah tropis sehingga tak heran jika demam tifoid banyak ditemukan di Indonesia.
Demam thypoid yang berulang dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek pada mereka yang mendapatkan infeksi yang ringan dengan demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah. Demam thypoid yang berulang akan terjadi bila pengobatan sebelumnya tidak adekuat atau sebetulnya bukan berulang tetapi terkena infeksi baru. Demam thypoid yang berulang dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.sepuluh persen dari demam thypoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya demam thypoid yang berulang (Soedarto,2007)
Penularan penyakit ini biasanya dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak. Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika, namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet yang tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan demam tifoid (www.arisclinic/2013)
Situasi penyakit Typhus (demam typhoid) di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005 sebanyak 16.478 kasus dengan kematian sebanyak 6 orang (CFR=1%). untuk tahun 2006, tercatatat jumlah penderita sebanyak 16.909 dengan kematian sebanyak 11 orang (CFR=0,07%).
Pada tahun 2007 tercatat jumlah penderita sebanyak 16.552 dengan kematian sebanyak 5 orang (CFR=0,03 %) dengan sebaran kasus tertinggi di Kabupaten Gowa, Dari data program tahun 2008 penyakit typhus tercatat jumlah penderita sebanyak 20.088 dengan kematian sebanyak 3 orang, masing-masing Kabupaten Gowa (1 orang) dan Barru (2 orang) atau CFR= 0,01 %. Insiden Rate (IR=0.28%) yaitu tertinggi di Kab.Gowa yaitu 2.391 kasus. di Rumah Sakit Labuan Baji Makassar. Jumlah Penderita Thypoid sejak 2011 sebanyak 165 orang, pada tahun 2012 meninkat menjadi 178 orang. Sedangkan untuk tahun 2013 hingga tiga bulan terakhir penderita Thypoid sudah mencapai 70 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, dr Rahmat Latief, mengatakan, Penyakit Thypoid atau Thypus adalah penyakit demam yang disebabkan oleh kuman salmonella yang penyebarannya melalui makanan dan minuman yang tercemar yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor. (Hasan Basri, Tribun Timur - Selasa, 26 Maret 2013)
Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan peneliti Kamis 11 April 2013 diperoleh dari catatan medik Di RSUD SYEKH YUSUF yang menderita penyakit demam typoid pada tahun 2012 sebanyak 573 orang. Yang terdiri dari perempuan berjumlah 298 dan laki-laki berjumlah 275 orang.
Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Typhoid Yang Berulang Di RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Demam typhoid yang berulang pada pasien Di RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demam Typhoid yang Berulang Di RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diidentifikasi Deman Typhoid pada pasien Rawat Inap Di RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
b.      Diidentifikasi Deman Typhoid yang berulang pada pasien Rawat Inap Di RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
c.       Untuk mengidentifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demam Typhoid yang Berulang Di RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Institusi
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu keperawatan Famika Makassar.
2.      Bagi mahasiswa STIK FAMIKA Makassar
Sebagai  referensi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
3.      Bagi peneliti
Merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan ilmiah dan pengetahuan dalam penelitian.
4.      Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumber informasi dan masukan bagi instansi terkait dalam penetapan kebijaksanaan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu.



BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tetang Demam Thypoid
1.      Pengertian Demam Typhoid
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis, Typhoid fever atau Enteric fever.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan salmonella typhosa dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Rampengan, 2008).
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi.
2.      Penyebab Demam Thypoid
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan yang yang ringan pada karier demam thypoid,terutama pada karier jenis intestinal, sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.
3.      Penyebaran Kuman
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna ( mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat).
a.       Makanan dan minuman
Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus.
Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa masuk usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh ( terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain). Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia.
b.      Lingkungan
Oleh karena itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa kumbahan. Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan sampa disembarangan tempat dan hinggapan lalat ( lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam tifoid.
Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia, diperkirakan antara 800 – 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
4.      Cara Penularan Penyakit Demam Tifoid 
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
5.      Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain ;
1)      Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi.
2)      Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3)      Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4)      Diare atau Menceret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5)      Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6)      Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
6.      Diagnosa Penyakit Demam Tifoid
Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
a.      Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
b.      Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.
c.       Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces. Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier). Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).
7.      Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

8.       Komplikasi Penyakit Demam Tifoid
a)      Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah. perdarahan usus karena perforasi
b)      infeksi kantong empedu (kolesistitis)
c)      hepatitis.
d)     Gangguan otak (ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.
9.      Diet Penyakit Demam Tifoid
Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
a.      Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
b.      Tidak mengandung banyak serat.
c.       Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas
d.      Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Untuk kembali ke makanan normal lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.
10.  Pencegahan Penyakit Demam Tifoid
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
11.  Pencegahan
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam thypoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Sanitasi lingkungan, termasuk pembuangan sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah penyakit. Secara detail, srategi pencegahan demam thypoid mencakup hal-hal sebagai berikut :
a.      Penyediaan sumber air minum yang baik
b.      Penyediaan jamban yang sehat
c.       Sosialisasi budaya cuci tangan
d.      Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
e.      Pemberantasan lalat
f.        Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman
g.      Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menysui
h.      Imunisasi
12.  Jenis-jenis vaksinasi yang tersedia :
a.       Vaksin parental utuh
Berasal dari Salmonella Typhi utuh yang sudah mati. Setiap cc vaksin mengandung sekitar 1 miliar kuman.Dosis untuk anak usia 1-5 tahun adalah 0,1 cc.anak usia 6-12 tahun 0,25 cc,dan dewasa 0,5 cc.Dosis diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu. Karena efek samping dan tingkat perlindungannya yang pendek, vaksin jenis ini sudah tidak beredar lagi.
b.      Vaksin oral Ty21a
Vaksin ini adalah vaksin oral yang mengandung S.Thypi strain Ty21a hidup.vaksin ini diberikan pada usia minimal 6 tahun dengan dosis 1 kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu.Menurut laporan,vaksi Ty21a bias memberikan perlindungan selama 5 tahun.
c.       Vaksin parental Polisakarida
Vaksin ini berasal dari polisakarida Vi dari kulman Salmonella. Vaksin diberikan secara parental dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuscular pada usia mulai 2 tahun dengan dosis ulangan (booster) setiap 3 tahun. Lama perlindungan sekitar 60 -70 % jenis vaksin ini menjadi pilihan utama karena relative paling aman. Imunisasi rutin dengan vaksin tifoid pada orang yang kontak dengan penderita seperti anggota keluarga dan petugas yang menangani penderita tifoid, dianggap kuran bermanfaat,tetapi mungkin berguna bagi mereka yang terpapar oleh carrier. Vaksin oral tifoid bias juga memberikan perlindungan parsial terhadap paratifoid. Karena sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang efektif untuk demam paratifoid.  

B.     Tijauan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Demam Typhoid berulang
1.      Demam Thypoid berulang
Demam Thypoid yang berulang dapat terjadi dan langsung dalam waktu yang pendek pada mereka yang mendapatkan infeksi yang ringan,dengan demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah. Demam Thypoid yang berulang akan terjadi bila pengobatan sebelumnya tidak adekuat atau sebetulnya bukan berulang tetapi terkena infeksi baru.
Demam thypoid yang berulang dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat dari pada infeksi primer tersebut. Sepuluh persen dari demam thypoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya demam thypoid berulang (Soedarto,2007)   
Demam tifoid tak boleh dianggap enteng, Harus diobati secara total. Karena itu, jika dosis obat ditetapkan 4 kali sehari, harus ditaati. “Kalau cuma diminum  3 kali sehari, kuman tak akan mati.”  Demam typoid yang berulang dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek pada mereka yang mendapatkan infeksi yang ringan dengan demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah. Pengobatan yang tak tuntas, membuat bakteri akan terus terbawa dan berkembang biak. Tingkat kemungkinan kambuh lagi, sampai 15 persen.
Karena betapa cepatnya bakteri ini berkembang biak dan menjalar ke mana-mana melalui pembuluh darah. Bisa menyerang paru-paru, hati, hingga otak. Padahal, jika demam tifoid sudah tergolong berat, akan sulit diobati karena sudah terlanjur terjadi komplikasi. Misalnya, bakteri sudah membuat usus bocor (perforasi) sehingga timbul pendarahan ketika buang air besar. Usus pun sudah sulit sekali mencerna makanan karena selaputnya sudah terinfeksi (peritonitis). Tak ada jalan lain, kecuali operasi untuk memperbaiki ususnya yang bolong.
Serangan lainnya adalah ke paru-paru yang membuat penderita sulit bernapas. Yang lebih parah, jika bakteri sudah masuk ke otak. Akan Mengalami  kejang-kejang, tak sadarkan diri, bahkan koma beberapa saat (Arlin algerina, 2010).
Kemampuan unik dari organisme (maksudnya Salmonella Thyphi) inilah yang menyebabkan orang yang pernah menderita Tifus, suatu saat penyakit ini akan kembali muncul. Penyakit ini akan berulang kembali apabila daya tahan tubuh si penderita tidak optimal, seperti pada kondisi kelelahan, kurang tidur, asupan makanan tidak teratur dan sembarangan, dan lain-lain.
2.      Faktor yang mempengaruhi  demam thypoid berulang
Faktor penyebab  thypoid berulang adalah pola makan, kebersihan makanan, hygiene sanitasi (kualitas sumber air dan kebersihan jamban), tingkat pengetahuan hygiene perorangan (perilaku cuci tangan dan kebersihan badan),  pengobatan yang belum tuntas (Potter & Perry, 2005, Nursalam, et.al, 2005).
a.       Pola makan.
Pemberian makanan yang halus, tidak mengandung sayuran dahulu
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan penyakit Thypoid.
Berikan makanan yang mengandung banyak cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas, untuk memudahkan penyerapan dan mencegah perlukaan usus. jika kesadaran masih baik berikan makanan yang lunak pauk yang dicincang (hati dan daging) dan sayuran labu siam atau wortel yang lunak sekali. boleh juga diberikan tahu, telur setengah matang atau matang yang direbus, susu diberikan       2 x 1 gelas atau lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra.
b.      Kebersihan Makanan
Dalam Ensiklopedia Indonesia yang dimaksud dengan hygiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan,serta berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan. WHO telah menetapkan sepuluh aturan tersebut jika diperlukan harus disesuaikan dengan kondisi setempat yakni:
1.      Pilih makanan yang diolah untuk keamanan. Buah-buahan dan sayuran paling baik dikonsumsi dalam keadaan alami, makanan lain tidak aman jika mengalami pengolahan. makanan yang dikonsumsi dalam keadaan mentah perlu dibersihkan sebelum dikonsumsi.
2.      Masak makanan dengan diteliti. Makanan mentah seperti unggas, daging, telur dan susu yang tidak mengalami pasteurisasi dapat terkontaminasi organism penyebab penyakit. Pemasakan yang teliti akan membunuh mikroba pathogen, suhu untuk seluruh makanan yang harus mencapai minimal 70 C. jika ayam dimasak masih mentah di bagian dekat tulangnya, harus dimasak kembali sampai matang seluruhnya. Daging, ikan dan unggas beku harus dicairkan dengan teliti dan sempurna.
3.      Makan-makanan matang dengan segera. Jika makanan matang menjadi dingin karena suhu kamar, mikroba mulai berkembang biak, semakin lama didiamkan akan semakin besar resikonya. Agar aman makan segera makanan begitu jelas dipanaskan
4.      Simpan  makanan matang dengan hati-hati. Jika masakan akan disiapkan jauh sebelumnya dan ingin disimpan sisanya,harus dipastikan makanan disimpan dalam kondisi panas (suhu mendekati atau melebihi 10 C) aturan ini sangat penting jika berencana untuk menyimpan makanan lebih dari empat atau lima jam.
5.      Panaskan kembali makanan matang dengan teliti.tindakan memanaskan makanan perlindungan terbaik melawan mikroba yang mungkin berkembang selama penyimpanan. Penyimpanan yang tepat dapat memperlambat pertumbuhan mikroba tetapi tidak membunuh mikroba. Pemasangan ulang yang diteliti berarti seluruh bagian makanan harus mencapai suhu minimal 70 C.
6.      Hindari kontak makanan mentah dan makanan matang. Makanan yang matang yang aman dapat terkontaminasi melalui kontak sedikit saja dengan makanan mentah
7.      Cuci tangan berulang kali. Cuci tangan dengan teliti sebelum menyiapkan makanan akan menghindari kuman bersinggah dalam makanan.
8.      Jaga kebersihan seluruh permukaan dapur. Makanan sangat mudah terkontaminasi, setiap makanan yang digunakan untuk menyiapkan makanan harus dijaga bersih.setiap potongan kecil, sisa makanan merupakan tempat yang potensial untuk kuman. Lap yang menyentuh peralatan makanan dan masak harus sering diganti dan direbus sebelum digunakan kembali. Lap pembersih lantai yang yang terpisah harus sering dibersihkan.
9.      Lindungi makanan dari serangga,binatang pengerat, dan binatang lain. Binatang sering membawa mikroorganisme pathogen. penyimpanan makanan secara tertutup merupakan perlindungan terbaik.
10.  Gunakan air yang aman. Air untuk menyiapkan makanan sama pentingnya dengan air untuk diminum. Jika air diragukan keamanannya maka air harus direbus sebelum ditambahkan kedalam makanan es untuk diminum.
c.       Hygiene sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia,upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh ligkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Termasuk upaya melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (perorangan atau masyarakat), sedemikian rupa sehingga berbagai faktor lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan (Azwar 2005) pada perawat yang memilki lingkungan yang tidak sehat misalnya sumber air yang tercemar dan dampak menibulkan dampak pada pencemaran air yang biasa dikonsumsi sehari-hari.
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Lebih mengutamakan usah pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa (Azwar, 2005)
1.      Kualitas sumber air
Demam thypoid berulang merupakan suatu penyakit infeksi yang dijumpai secara luas didaerah tropis dan subtropics terutama didaerah dengan kualitas sumber air tidak memadai dengan standar hygiene, sanitasi buruk,merupakan endemic demam thypoid berulang.
Bagi manusia air minum merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia yang menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, mencuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang, mengingat berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia,pada saat memanfaatkannya, maka tujuan penyediaan air bersih atau air minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan semakin banyak pengetahuan masyarakat yang menggunakan air bersih, maka akan semakin turun mobilitas penyakit akibat bawaan air. Dengan demikian diharapkan semakin banyak  pengetahuan masyarakat menggunakan air bersih, maka akan semakin turun mobilitas penyakit akibat bawaan air. sumber air merupakan salah satu sarana sanitasi yang paling penting yang berkaitan dengan kejadian demam thypoid berulang. Pada prinsip semuanya air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air dapat digambarkan sebagai berikut : air hujan, air sungai dan danau, kedua sumber ini sering disebut air permukaan. Mata air yaitu air yang muncul secara alamiah. Air sumur dangkal yang berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Air sumur dangkal yang berasal dari lapisan air kedua didalam tanah yang dangkalnya berkisar antara 5-15 meter. Air sumur dalam yaitu air yan berasal dari lapisan air kedua didalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Sebagian besar kuman-kuman infeksius  penyebab dema thypoid berulang ditularkan melalui jalur fecal-oral yang dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. Air merupakan salah satu media yang sangat mudah untuk proses tersebut.
2.      Kebersihan jamban
Jamban jenis septik merupakan cara yang paling tepat memenuhi persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan ( Notoadmojo, 2006) dengan adanya jamban dalam suatu rumah mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan tinja pada manusia harus di satu tempat tertentu agar menjadi jamban yang sehat. Jamban yang sehat untuk daerah pedesaan herus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori permukaan tanah dis sekeliling jamban. Tidak mengotori jamban disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga,tidak menimbulkan bau mudah digunakan dan di pelihara diperoleh, sederhana desainnya , murah dapat diterima oleh pemakainya. Penularan penyakit demam thpoid bersifat fecal-oral maka pembuangan kotoran melalui jamban menjadi penting. penggunaan jamban keluarga dengan baik dan bersih, dapat mengurangi resiko demam thypoid berulang. Transmisi kuman demam thypoid berulang dengan cara menelan makanan atau air yang tercemar tinja manusia. salmonella thyphi hanya dapat hidup pada tubuh manusia. Sember penularan berasal dari tinja dan urine karier, dari penderita pada fase akut dan penderita delam fase penyuluhan (Soegijanto, 2006)
d.      Pola Makan tak teratur
1)      Banyak mengkonsumsi makanan yang keras
2)      Mengkonsumsi jajanan yang kurang hygienis
3)      Mengkonsumsi atau membeli makanan siap saji
4)      Mengkonsumsi makanan yang pedas
e.       Pengobatan tak tuntas
1)      Demam tifoid tak boleh dianggap enteng. ” Harus diobati secara total. Karena itu, jika dosis obat ditetapkan 4 kali sehari, harus ditaati.  Kalau cuma diminum 3 kali sehari, kuman tak akan mati. Pengobatan yang tak tuntas, membuat bakteri akan terus terbawa dan berkembang biak sehingga demam Thypoid akan berulang.

2)      Istirahat yang banyak
Agar penderita tifus lekas sembuh dan penyakit ini tidak berulang maka dibutuhkan waktu untuk banyak beristirahat di tempat tidur, diusahakan untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan yang dapat menyebabkan demam thypoid dapat berulang.

3.      Pencegahan Demam Thypoid berulang
1.      Diri Sendiri
a.       Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
b.      Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah, sewaktu-waktu penyakitnya akan berulang atau kambuh lagi.
2.      Lingkungan
a.       Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat C).
b.      Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Juga jangan pernah membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan.
c.       Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.

















BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN

A.    Kerangka Konsep

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.Kemampuan unik dari organisme Salmonella Thyphi inilah yang menyebabkan orang yang pernah menderita Thypoid seperti saya, suatu saat penyakit ini akan kembali muncul.
Penyakit ini akan berulang kembali apabila daya tahan tubuh si penderita tidak optimal, seperti pada kondisi kelelahan, kurang tidur, asupan makanan tidak teratur dan sembarangan, dan lain-lain. Gejala-gejala yang kerap terjadi antara lain seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi hingga 40ᵒc, sakit kepala dan diare yang kadang-kadang bercampur darah.
Berdasarkan faktor diatas akan digambarkan skema pola piker variabel yang akan diteliti:


Pola Pikir Penelitian

Pola Makan
Lingkungan
Demam Thypoid Berulang

 







Keterangan          :
                             : Variabel Independen            .                      
                             : Variabel Dependen.                         
                                    : Garis penghubung antara Variabel
.
B.     Variabel Penelitian dan Defenisi Konseptual
1.      Variabel Penelitian             
a.       Variabel Independen        : Pola Makan, Lingkungan     
b.      Variabel Dependen           : Demam Thypoid berulang

3.      Defenisi Konseptual
1.       Demam Thypoid Berulang        
                 Demam Thypoid yang berulang adalah thypoid yang terjadi dan langsung dalam waktu yang pendek pada mereka yang mendapatkan infeksi yang ringan, dengan demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah (Arlin algerina,2010).
2.      Pola Makan
                  Pola makan merupakan kebiasaan makan yang dikonsumsi sehari-hari, kebiasaan makan yang benar diterjemahkan sebagai upaya untuk mengatur agar tubuh kita sehat (siswono, 2002)
3.      Lingkungan
                  Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk kesehatan manusia.lingkungan yang kotor dapat menyebabkan lalat dan merupakan faktor utama untuk terjangkit demam thypoid (Soedarto,2009).

C.    Defenisi Operasioal dan Kriteria Objektif
1.         Demam Thypoid berulang.
         Demam Thypoid yang berulang adalah suatu kejadian dimana pengobatan pada pasien yang terkena penyakit tifoid sebelumnya tidak adekuat atau sebetulnya bukan berulang tetapi terkena infeksi baru.

Kriteria objektif
Mengalami                  :  Jika skor > 3
Tidak Mengalami        :  Jika skor ≤ 3
2.         Pola Makan
Kebiasaan makanan dalam masyarakat dimana makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat.
Kriteria objektif
Kurang              : Jika skor  responden ≤ 2
Baik                   : Jika skor  responden > 2
3.         Lingkungan
Lingkungan adalah suatu keadaan sekitar kita yang memiliki pengaruh positif dan negative terhadap kesehatan .
Kriteria objektif
Kurang              : Jika skor  responden ≤ 2
Baik                   : Jika skor  responden > 2






BAB IV
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Desaian penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional study dengan tujuan untuk mengetahui penyakit demam thypoid berulang di RSUD SYEKH YUSUF Kabupaten Gowa, berdasarkan faktor pola makanan, dan lingkungan yang memperngaruhinya.

B.     Populasi Dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami demam tinggi berhubungan dengan kejadian Thypoid di RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
2.      Sampel
 Sampel dalam penelitian ini merupakan semua pasien yang berhubungan dengan penyakit demam Thypoid berulang, yang diambil dengan teknik porpusive sampling yaitu penetapan sampel-sampel dengan memilih diantara populasi yang dikehendaki peneliti dan memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah :
a.       Kriteria Inklusi
1)      Bersedia untuk diteliti
2)      Ada pada saat penelitian
3)      Pasien yang mengalami demam thypoid berulang
b.      Kriteria Eksklusi
1)      Tidak bersedia untuk diteliti
2)      Tidak ada pada saat penelitian.
3)      Pasien yang tidak berhubungan dengan kejadian demamn Thypoid berulang.
4)      Pasien yang baru mengalami Demam Thypoid

C. Pengumpulan Data dan Analisa Data
1.   Instrumen Penelitian
               Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu memggunakan skala quetmen. Untuk variable dependen yang diteliti yaitu kejadian Thypoid menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang terdiri dari 6 (enam) denga kategori mengalami apabila responden menjawab > 3 dan tidak mengalami apabila responden menjawab ≤ 3. Sedangkan variable independen pola makan menggunakan kuesioner terdiri dari 4 pertanyaan dimana skor > 2 berarti kategori  baik dan ≤ 2 berarti kategori kurang dan lingkungan menggunakan kuesioner yang bterdiri dari 4 Pertanyaan dimana skor > 2 berarti kategori  baik dan ≤ 2 berarti kategori kurang.
2.   Lokasi dan Waktu Penelitian
a.       Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
b.      Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juni tahun 2013.
3.   Prosedur Penggumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
a.       Data primer
Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari objek yang akan diteliti dan dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari kuesioner yang diberikan pada responden dan jawaban pertanyaan langsung kepada responden.
b.      Data Sekunder
Setelah data terkumpul maka akan diadakan pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1.      Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap kemungkinan kesalahan pengisihan daftar pertanyaan dan ketidak serasian informasi.
2.      Coding, yaitu kegiatan pemberian kode-kode tertentu untuk mempermudah pengolahan data terutama jika akan diolah oleh elektronik computer.
3.      Transfersing, yaitu kegiatan mentransfer data atau memindahkan data.
4.      Tabulating, yaitu proses pengelopokkan jawaban-jawaban serupa dan menjumlahkannya dengan cara yang lebih teliti dan teratur (pembuatan tabel-tabel yang berguna).
5.      Analizing, yaitu kegiatan pembuatan analisa-analisa sebagai dasar bagi penarikan kesimpulan.
4.   Pengolahan Data dan Analisa data
a.   Pengolahan Data
Adapun pengolahan data melalui tahap sebagai berikut:
1)         Data diedit atau dicek kembali atau dikoreksi kembali untuk melengkapi data yang mungkin masih kurang atau ada data yang tidak lengkap.
2)         Data dikoding atau diberikan kode pada opsion-opsion yang sudah lengkap untuk memudahkan dalam menganalisis data.
3)         Data ditabulasi atau dikelompokkan dalam bentuk tabel, kemudian dilanjutkan dengan analisa data.
b.   Analisa Data
Setelah memperoleh nilai-nilai dari tiap table, selanjutnya pengolahan data analisa dengan menggunakan computer program SSPS for windows versi 15.00. Data dianalisa melalui persentase dan perhitungan jumlah. Kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan –penjelasan.
1)      Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.
2)      Analisis bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dan depeden dengan  menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan 0,05. Uji statistik yang digunakan adalah “chi-square” untuk menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi demam thypoid berulang. Adapun rumusnya adalah :

 Keterangan :
X2     : chi-square
O       : Nilai Observasi
E       : Nilai yang diharapkan
:  Jumlah data



Penilaian :
1)      Apabila X2 hitung > dari X2 tabel, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
2)      Apabila X2 hitung < dari X2 tabel, Ho diterima atau Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.  


D. Etika Penelitian  
                  Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak lain dangan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian, dalam hal ini RSUD SYEKH YUSUF Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Setelah dapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dangan menekankan masalah etika yang meliputi:
1.      Informed concent (lembar persetujuan)
            Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi criteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.


2.      Anomity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembaran tersebut diberi kode.
3.      Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilampirkan sebagai hasil penelitian.




0

Tambahkan komentar

Memuat